Hari Sabtu tanggal 27 Desember ’14 kemarin merupakan hari yang ditunggu anak-anakku. Semenjak awal bulan sudah dijadwalkan untuk mengikuti kegiatan outbond di Omah Kebun – Tenjolaya yang terletak di kaki Gunung Salak Bogor. Kebetulan pula anak-anak sudah liburan sekolah.
My Team Outbond
Kegiatan outbond memang salah satu kegiatan favorit anak-anaku. Dalam kesempatan kali ini   
kegiatan tahunan FORKASI (Forum Komunikasi Orang Tua Anak Spesial Indonesia) diikuti oleh peserta dari Depok, Tanggerang, Cibubur, Jakarta, bahkan Karawang.  Dan biasanya dengan berkumpul dan bermain bersama anak-anak berkebutuhan khusus atau anak spesial ,merupakan salah satu moment yang tepat untuk memberikan pehamaman dan pembelajaran kepada anak-anak yang merupakan sibling dari anak spesial.

Berbaur bersama anak-anak berkebutuhan khusus lebih memudahkan kami untuk memberi pengertian kepada anak-anak bahwa Anak Berkebutuhan Khusus itu sama seperti mereka, sama seperti anak-anak lainnya. Hanya saja ada beberapa prilaku mereka yang memang berbeda dan itulah yang harus dipahami dan dimaklumi. Bukan untuk dipandang sebagi sesuatu yang aneh ataupun menjadi objek untuk di ‘bully’, tetapi justru harus bantu dan dilindungi. Karena anak-anak berkebutuhan khusus ini pada umumnya sangat ‘naif’ dan tidak pernah ada pikiran negatif dalam dirinya, sehingga sangat mudah dipengaruhi atau dimanfaatkan oleh orang lain.

Salah satu pembelajaran anak-anak dalam kegiatan bersama ini adalah bahwa bagaimanapun kondisi seseorang kita harus tetap menghormati dan menghargainya. Selain itu kita harus mampu melihat kelebihan-kelebihan yang ada pada diri seseorang, jangan hanya melihat kekurangannya saja.
Dan Sabtu pagi itu, tepat pukul 8.00 pagi kami sudah berada di titik kumpul (KFC-Padjajaran-Bogor). Cuaca pagi itu mendung dan mulai di iringi dengan turunnya rintik-rintik hujan tipis. Kurang lebih 1 jam, akhirnya semua semua peserta sudah lengkap dan kami menuju lokasi outbond, Villa Makati Elok, Tenjolaya, Bogor.
Mas Alif dan Mba Tera
Selama perjalanan hujan mulai turun lagi, tapi hal tersebut tidak menyurutkan semangat kami, khususnya anak-anak. Mereka malah sangat antusias (dalam pikirannya akan diperbolehkan main hujan-hujanan). Kendaraan-kendaraan mulai bergerak ke arah Jl. Batu Tulis dan memasuki kawasan Jungle, dikarenakan cuaca mendung cenderung gelap sehingga kami agak kesulitan mengingat jalan menuju lokasi, dan sempat beberapa kali salah jalan dan  berhenti untuk bertanya kepada warga sekitar. Anak-anak  pun mulai bosan dan  rewel.  Setelah menempuh perjalanan yang lumayan berkelok-kelok, dan sempat nyasar, akhirnya kami sampai di lokasi setelah menemukan jalann tembus dari Jungle menuju Tenjolaya. Indahnya pemandangan menghilangkan kebosanan yang tadi sempat ada saat perjalanan dan oleh hiruk pikuknya kemacetan di ibukota.
Pemandangan Alam
Anak-anak mulai tidak sabar ingin segera memulai kegiatan. Hujan mulai berhenti seperti mengetahui akan ada kegiatan pagi itu, namun cuaca tetap mendung. Kami di sambutan ramah oleh abah, pemilik Omah Kebun Villa Makati. Beliau juga memastikan apakah kami tetap akan melanjutkan kegiatan walau dalam kondisi cuaca seperti ini, dan tentu saja jawabannya.....LANJUTKAN... !!! ..., kami pun bersiap memulai kegiatan pertama, yaitu tracking di hutan pinus...waaawwww !!
Berkumpul dan Berbaur
ice Breaking sebelum ke hutan Pinus
Diawali dengan melalui Jalan setapak yang becek dan agak licin tidak membuat kami semua mundur, bahkan makin bersemangat khususnya para orang tua yang ingin anak-anaknya mengenalkan ALAM Semsesta dan Ciptaan YANG KUASA dari dekat. Maklumlah.. kebanyakan anak-anak ini selalu berkegiatan di dalam ruangan yang bersih dan nyaman.  Untungnya cuaca mulai cerah.

Anak-anak yang terdiri dari anak-anak spesial dan normal berbaur membuat kelompok dan membentuk barisan seperti ular yang memanjang ke belakang. Awalnya mereka terlihat agak jijik dan takut melihat tanah becek dan licin juga pohon-pohon yang banyak dan besar. Namun kemudian mereka menikmati keindahan alam di sekelilingnya dan mulai banyak bertanya.
ini pohon apa ?

Kenapa tanahnya becek ?
Untuk apa getah pohonnya ditampung ?
Apakah ada binatang disini ?
Ngapain sih orang masuk ke hutan ?
Siapa yang bikin jalanan di hutan ?
Apa nama gunung ini ?  Dll, dsb....

Itulah pertanyaan-pertanyaan yang harus ku jawab sepanjang perjalanan itu. Rute tracking yang naik turun dan berkelok-kelok kadang mengundang teriakan-teriakan kecil dari anak-anak ini.. hihihihi...seru sekali... Anaku pun sempat terheran melihat bunga pinus dan mengambil beberapa untuk dijadikan oleh-oleh.
Getah Pohon Pinus
Selama menyusuri hutan pinus banyak juga kejadian-kejadian lucu, Atha dan Raissa, 2 remaja spesial ini berusaha tetap berjalan bergandengan tangan dengan kompak walau kondisi jalan sulit sekali untuk bisa berjalan bersisian, wal hasil mereka slalu berteriak-teriak karena harus tarik menarik saat jalannya naik dan turun namun tetap kekeuh bergandengan, sempat mereka terpeleset bersama yang mengundang tawa dari peserta yang melihat, akhirnya Kak Dian trainer yang mendampingi mereka berhasil menyuruh mereka melepaskan tangan  dan berjalan berurutan.
Atha (jas hujan) & Raissa (jaket merah)
Ada juga Raihan, remaja spesial yang tidak terbiasa dengan suasana dan kondisi jalanan yang becek dan kotor, sehingga sepanjang jalan ia marah dan menangis, namun tetap kooperatif melanjutkan perjalanan. Suara tangisan Raihan yang hanya menggerung sempat membuat anak lain takut karena terdengar seperti suara geraman beruang... hahahaha....
Raihan (kaos putih)
Lain lagi cerita Umar-(gadget Maniac), anak spesial satu ini tetap berusaha eksis setiap melihat ada yang memfoto kegiatan kami. Bahkan dia sempat meminta sesi khusus karena merasa saat difoto sebelumnya ia masih berjalan dibelakang sehingga tidak terlihat kamera. Dengan kemampuan komunikasinya yang terbatas, dan bantuan mamanya, ia mengucapkan, “ omm, foto aq doongggg !!!” ....hihihihi....
Umar (biru hitam) paling depan bergaya sejenak
Sampai di pertengahan jalan kami sempat terpecah dari rombongan. Rombongan pertama yang ada di depan rupanya sudah pernah mengikuti kegiatan ini, maka mereka langsung mengambil rute jalan menuju air terjun (Curug Nangka). Sedangkan kami yang agak tertinggal dibelakang langsung dicegah salah satu trainer dan diarahkan ke jalan lain. Memang saat memulai perjalanan, abah, pemilik Omah kebun sudah mengingatkan untuk tidak mampir ke air terjun karena  kondisi cuaca yang dari pagi hujan , khawatir arus airnya deras dan tidak aman. Agak kecewa sedikit siy... karena gagal ke air terjun, padahal sudah membayangkan asyiknya main air di bawah air terjun. Apalagi anak-anak belum pernah melihat air terjun secara langsung. Tapi kami harus mengikuti arahan dari trainer yang lebih tahu keadaan disini. Sebagian trainer menuju air terjun untuk menjemput rombongan yang sudah menuju kesana.
Raissa di Curug Nangka

Air Terjun Curug Nangka

Akhirnya setelah sekitar 45 menit berjalan, kami sampai lagi di Villa Makati, di tempat pertama kami berangkat. Anaku, Tantra si bungsu sangat suka bermain bola. Melihat tanah lapang yang luas dan ada bola terlihat didekat tanaman sayur mayur langsung saja ia mengajak Alif sang kakak untuk bermain bola. Padahal lapangan itu becek walau berumput dan rintik-rintik hujan mulai turun lagi. Tak lama berselang Tantra menuju kepadaku sambil bertanya, “ bun, aku boleh main ujan-ujanan ga?” . Akupun menjawab, “ boleeeeehhh.....!” . Dengan mata berbinar dan senyum bahagia dia segera kembali ke lapangan sambil berteriak...”yesssss !!!” Yang lain tersenyum dan tertawa kecil melihat hal tersebut. Ya saat ini anak-anak bebas bermain hujan dan kotor-kotoran, mainlah sepuasmu sayaang.....
Tantra dan Bola

Rombongan yang mampir ke air terjun belum juga kembali, rupanya anak-anak asik bermain air dan mandi di sungai yang dingin hingga tidak mau segera beranjak dari tempat itu. Sambil menunggu, kami makan siang yang sudah disiapkan pemilik villa. Tak lama rombongan kembali dengan baju basah dan wajahnya yang cerah dan bahagia. Sepertinya sangat Seru sekali  bermain di Air Terjun tadi...

Setelah membersihkan diri dan makan siang, acara dilanjutkan dengan kegiatan lain, yaitu melalui jembatan tali, manjat di jaring tambang dan flying fox. Kegiatan standar dari outbond yang sudah sering dilakukan tapi tetap disukai.
Anak-anak bergantian melakukan kegiatan tersebut, walau awalnya ada beberapa anak yang ketakutan, tapi kemudian mereka malah melakukan  berulang kali sampai harus dibujuk untuk berhenti karena sudah waktunya untuk pulang, kembali ke jakarta.

Akhirnya kegiatan outbond hari itu selesai, semua peserta, orang tua dan anak-anak sangat puas dengan kegiatan hari itu. Walau tidak semua sempat ke air terjun namun tidak mengurangi kebahagiaan dan keceriaan kami.
Setelah menyampaikan salam perpisahan tidak lupa dengan Foto Session dan berterima kasih pada pemilik villa kami bersiap untuk pulang dengan janji akan kembali lagi suatu saat liburan di musim panas nanti.

Para Pesertapun saling berpamitan. Kami sangat senang melakukan kegiatan ini bersama yang sangat berkesan dan akan mengulangnya kembali. Senangnya anak-anak bisa bermain bersama-sama tanpa harus membedakan mana anak normal ataupun anak kebutuhan khusus. Semua merasa senang bermain bersama-sama. Dan semoga kami bisa mengulang kegiatan ini kembali.

Terimakasih FORKASI telah menyatukan kami semua.

Pasti semua familiar dengan kata ini, tapi apakah tahu apa AUTIS itu ?
Kebanyakan percakapan yang ku dengar, pembahasan orang tua umumnya disekitar memahami autis sebagai suatu penyakit mental. Bahwa autis itu pasti tidak bisa berkomunikasi, tatapan kosong, sering mengamuk, malah kadang disebut ‘GILA’ jika si anak berbicara sendiri atau asik sendiri dengan suatu hal.
Sering juga kata’autis’ digunakan ketika ada seseorang yang terlalu asik dengan gadgetnya, yang mugkin seperti itulah kondisi  autis yang dipahami masyarakat.

Masyarakat kadang menilai setiap anak berkebutuhan khusus adalah autis. Setiap kali ada anak bermasalah dengan konsentrasi, bicara dan prilaku di cap sebagai anak dengan kondisi autis. Padahal tidak demikian, tidak semua anak yang memiliki masalah tersebut adalah autis. Karena autis merupakan salah satu bagian dari sekian banyak jenis anak berkebutuhan khusus. Jadi  AUTIS itu sebenarnya hanya salah satu kategori yang ada dalam jenis anak berkebutuhan khusus.

Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) atau Anak Spesial adalah sebutan untuk anak-anak yang mengalami kelainan pada tumbuh kembangnya. Umumnya masyarakat lebih mengenal dengan nama-nama seperti tuna netra, tuna grahita, tuna rungu, tuna daksa, dll. Namun semua itu merupakan sebutan untuk anak atau orang dengan kelainan pada fisiknya. Dan untuk kondisi itu sedikit banyak pemerintah sudah memberikan perhatiannya walau masih belum sesuai standar, terbukti dengan adanya program pendidikan khusus yang disiapkan untuk anak-anak di beberapa sekolah dan adanya ruang-ruang khusus untuk penderita DISABILITAS di tempat-tempat umum.

Namun untuk kategori autis dll belum banyak yang bisa dilakukan pemerintah selain mengeluarkan kebijakan di bidang pendidikan yang menyebutkan bahwa ”setiap sekolah wajib menerima anak berkebutuhan khusus”. Itu pun tidak dibarengi dengan kesiapan SDM dan sarana. Wal hasil pihak sekolah banyak yang mengeluh dan merasa keberatan saat di sekolahnya ada siswa berkebutuhan khusus.

Sesuai dengan perkembangan jaman, kategori Kebutuhan Khusus pun makin berkembang. Selain aneka tuna-tuna tadi, ada  Autism, ADHD, Down Sindrom, Hiperaktivitas, kesulitan belajar, hydrosefalus dan lain sebagainya. Autis sendiri masih terbagi mejadi beberapa sub berdasarkan banyaknya ciri autis yang melekat pada si anak, seperti PDD Nos, Asperger dan lain-lain.
Mungkin sebenarnya kondisi ini sudah terdeteksi sejak dulu, tetapi terapi penanganannya baru terekspos di masa-masa kini.

Bedanya, kondisi dengan gangguan perkembangan mental dan otak ini penanganannya tidak se-sederhana seperti pada gangguan perkembangan fisik. Pada autisma, adhd, pdd nos dan lainnya, secera fisik mereka sempurna, tumbuh kembangnya berjalan normal. Namun pada perkembangan otaknya mengalami gangguan yang menyebabkan kemampuan secara pola pikir, prilaku dan akademiknya agak berbeda dengan anak-anak pada umumnya. Sehingga kemudian ada masalah pada komunikasi dan kemampuan sosial serta akademik.
Kondisi ABK inilah yang sekarang banyak diperjuangkan. Karena ternyata belum banyak masyarakat yang mengetahui atau memahami kondisi anak-anak ini. Terkadang malah label yang agak ‘kejam’ diberikan kepada anak-anak ini, misalnya ; nakal, bandel, bodoh, dan bahkan ‘gila’. Padahal anak-anak ini sebenarnya tidak mengerti apa yang terjadi pada diri mereka. Mereka juga merasa bingung kenapa mereka dianggap berbeda, dianggap ‘aneh’ dan dijauhi. Padahal mereka juga ingin bermain, berteman seperti anak-anak pada umumnya. Hanya kurangnya kemampuan mereka dalam mengekspresikan perasaan dan sulitnya komunkasi yang membuat mereka jadi frustasi dan akhirnya marah, mengamuk. Karena merasa tidak ada yang bisa memahami dan mengerti apa yang mereka inginkan.
Namun jika kita berhasil mendidik dan memberi pemahaman pada mereka, anak-anak ini akan menjadi anak yang disiplin dan teratur. Mereka juga umumnya sangat ramah dan penyayang. Seperti ada ungkapan mengatakan ‘dibalik kekurangan tersembunyi kelebihan yang takterduga’, PR  kitalah untuk mencari dimana letak kelebihannya tersebut, sehingga anak-anak ini bisa lebih berarti dan bisa bersaing dengan anak-anak lainnya.


Anakku  si bungsu sering sekali membolos dari sekolah. Bukan karena sakit atau ada kami ada acara keluarga yang mengharuskannya membolos, tapi karena memang dia tidak mau masuk sekolah. Entah apa yang ada di pikirannya, terkadang aq dibuat pusing dan bingung memikirkannya. Padahal dia bukan tipe anak yang suka menyendiri, malah dia suka menangis jika tidak ada yang menemaninya bermain . Di sekolah pun temannya tidak sedikit, dia juga lumayan pede jika kutinggal pulang. Dalam belajar pun dia termasuk anak yang memiliki daya tangkap bagus. Dia sangat cepat menyerap apa pun yang diajarkan, baik oleh kami orang tuanya maupun kaka-kakanya. Jadi sepertinya tidak ada alasan yang kuat untuk anaku bolos dari sekolahnya. Jika ditanya apa alasannya tidak masuk sekolah, jawabannya sangat sederhana, ringan dan santai tanpa beban....” aku males !!” ...  Kadang malah pagi hari saat waktunya bersiap-siap untuk sekolah, sebelum aq sempat menyuruhnya mandi, dia sudah laporan duluan, ...” bun, aq ga mau sekolah ya hari ini...!! “.
                                                                                                                 

Anaku awalnya sangat semangat sekolah, apalagi ini sekolah barunya sejak kami memutuskan pindah rumah ke daerah yang baru. Memang siy di sekolah lamanya dulu dia bukan anak yang rajin, tapi dulu tidak pernah sampai membolos atau tidak mau berangkat ke sekolah. Malah kadang jika aq putuskan untuk tidak mengantarnya ke sekolah karena kesiangan, dia akan merengek  untuk tetap diantarkan ke sekolah walaupun dia sudah sangat terlambat.

Hari ini adalah hari dimana ada pembagian raport tengah semester. Dari rumah aq berharap bisa bicara banyak dengan guru kelasnya dan menanyakan perkembangan kemampuan anakku selama di sekolah. 
Tapi saat tiba giliranku mengambil laporan, betapa terkejutnya aq (OMG ..."dalam hati"), karena laporan yang ada ditanganku itu layaknya raport anak sekolah dasar, yaitu berupa angka-angka. Setahuku laporan atau raport untuk  tingkat taman kanak-kanak biasanya hanya berupa laporan yang menceritakan perkembangan si anak. Tak ada angka-angka disana. Klaupun ada paling hanya berupa penilain Baik, cukup atau Kurang . Aq semakin miris ketika ibu disebelahku bertanya pada salah seorang guru...” anak saya rangking barapa bu ? “..... Hoooo..... betapa menyedihkannya dunia pendidikan dan masyarakat kita, apakah anak usia taman kanak-kanak sudah sangat perlu dibuatkan rangking ? bahkan di beberapa sekolah,  guru  anak SD saja masih banyak pertimbangan saat mencantumkan  rangking pada raport siswanya. Kalau pun mencantumkan paling hanya 10 besar saja.

Aq semakin kecewa dan sedih saat melihat lembaran yang ternyata adalah soal-soal ulangan anak-anak saat tes tengah semester kemarin. Aq rasa anak TK tidak pantas mendapatkan soal sesulit ini. Soal-soal layaknya soal untuk siswa SD, berupa pilihan ganda. Aq tidak mengerti apa sebenarnya yang ada di benak ibu-ibu guru ini. Tapi mungkin anak-anak ditanyakan secara lisan, kemudian bu guru mengisinya d lembar soal. Tapi apa memang seperti itu cara penilaian terhadap anak TK ? belum lagi PR yang setiap hari dibawa pulang oleh anak-anak. Metode dan materi yang diberikan ke anak-anak pun sepenglihatan saya lebih mengedepankan pada calistung.


Yaah dengan kondisi tersebut aq tidak ingin menyalahkan pihak sekolah, karena pasti ada alasannya mengapa mereka memberlakukan hal demikian. Namun aq jadi tahu apa yang menjadi alasan anaku mogok sekolah. Ternyata sekolah ini kurang nyaman untuknya yang terbiasa belajar sambil bermain di sekolah yang dulu. Sekolah ini kurang menarik, karena mungkin baginya terlalu monoton dan kaku. Aq merasa sangat bersalah kepada anaku, karena telah salah memilihkan tempat belajar untuknya. Tempat yang seharusnya bisa mengembangkan, memaksimalkan pendidikan karakter dan budi pekertinya; Yang seharusnya bisa mengoptimalkan konsep-konsep kemandirian, keagamaan dan kemampuan dirinya seperti kakak-kakaknya dulu,  tempat yang seharusnya lebih bisa memberikan hak bermain sambil belajar untuknya,  tapi ternyata tidak demikian.

..”Maafkan bunda nak, bunda terlalu terburu-buru dalam menentukan pilihan. Semoga ini tidak membuatmu jera untuk tetap terus belajar apapun metode dan cara yang kamu pilih. Bunda akan selalu mendukungmu.”


Aq berharap semoga dunia pendidikan kita bisa lebih memperhatikan hak-hak anak sesuai usianya, bisa lebih peduli terhadap kepentingan anak, dan bisa memberikan apa yang dibutuhkan anak-anak, bukan apa yang diinginkan para orang tua maupun gurunya. Untuk  para pejabat, pemegang kekuasaan semoga  bisa lebih memperhatikan dan mengawasi semua unsur pendidikan dalam mengaplikasikan materi ajarnya sesuai dengan materi dan kurikulum tingkatnya. 
Memiliki ANAK SPESIAL memang membutuhkan extra tenaga yang luar biasa disamping juga harus bisa mengatur keuangan seefektif mungkin. Karena akan ada pos-pos dana tambahan untuk Makanan Khusus, Terapi, dan juga kegiatan pendukung lainnya.

Untuk mengatasi hiperaktif aku punya sedikit pengalaman saat, anakku Raissa Putri Aisyah, berusia 3 tahun, sebagai anak perempuan, Raissa tergolong amat sangat aktif...(fiiuuhhh..) ditambah lagi dengan kondisinya yang belum bisa bicara/ berkomunikasi, kami kesulitan memahami keinginannya.
Wal hasill jika ia menginginkan sesuatu atau ingin melakukan sesuatu ia akan teriak tanpa ada 1 kata pun yang bisa dipahami dan menarik-narik kami untuk mengikutinya. Dia pun sangat suka sekali bergerak kesana kemari, berlari lari, memanjat tanpa rasa takut. Dia akan tiba-tiba berhenti dan tenang jika melihat iklan di televisi.

Di usia 6 tahun, untuk mengurangi hiperaktifnya tersebut, selain melakukan diet gula dan susu sapi kami mendaftarkannya ke salah 1 klub renang yang dekat dengan rumah. Disamping menyalurkan hobynya terhadap air dan diharapkan ia bisa belajar disiplin dan  yang paling penting menghabiskan tenaganya yang selalu berlebihan (over power).



Alhamdulillah, setelah mengikuti kegiatan les renang selama 3 bulan, anaku mulai lebih tenang. Pada saat belajar pun sudah bisa lebih lama duduk di kursinya.
Mungkin karena jadwal latihan renang yang setiap hari dan latihannya pun membutuhkan tenaga dan konsentrasi jadi setelah sampai rumah dia sudah tidak punya minat lagi untuk melakukan aktivitas selain makan dan tidur.

Naahh, Buat mama-mama yang memiliki anak yang aktif atau problem yang sama seperti saya ga ada salahnya dicoba untuk memberikan kegiatan extra seperti renang, sepak bola atau yang lainnya, yang penting kegiatan tersebut disukai anak kita dan bisa menyalurkan tenaganya yang berlebih. Dan juga dapat menggali minat serta bakatnya.


Kumpul bareng anak-anak spesial tuh ‘sesuatu’ banget deh.

Dunia mereka polos, ceria, tanpa beban layaknya seorang anak kecil. Kehangatan, keramahan dan penerimaan mereka terhadap orang-orang yang baru ditemui atau dikenal seakan mengajarkan kepada kita untuk selalu berpikir positif.

Baru kali ini berkumpul dan berinteraksi dengan para ANAK SPESIAL yang usianya menginjak remaja. Biasanya dibeberapa pertemuanku selalu dengan anak-anak yang usianya  10 tahun ke bawah. Hal ini membuat sangat terasa berbeda sekali ....

Berbeda dari Sikap, Komunikasi, Penilaian mereka terhadap seseorang dan juga yang sangat penting adalah sikap dari para orang tuanya. Anak spesial dengan usia anak-anak biasanya masih bermasalah dengan gangguan Komunikasi, Kontak Mata, Prilaku juga Kemandirian. Sehingga sikap orang tua yang memiliki Anak Spesial dengan Usia 10 Tahun kebawah cenderung protektif dan ada juga yang posesif.

EMPAT hari berkumpul bersama anak-anak hebat ini sangat menyenangkan, hidup terasa tanpa beban dan saling memahami. Seperti percakapanku dengan seorang remaja berusia 17 th bernama Kayla. Dia Anak Berkebutuhan Khusus dengan kondisi cacat fisik dan juga Slow Learner seperti pengakuannya yang polos dan percaya diri.


“Halooo tante, tante mamanya siapa ya? “ sapa Kayla ceria dan bersahabat saat kami masuk ke cafe.


Agak kaget ku menjawab , “eh,  halooo..Aku mama Raissa, ini Raissa....kamu siapa ? “

“aku Kayla tante... ooh ini Raissa ya, halo Raissa...sini yukk sama aku” Jawab Kayla

“ Raissa sudah ikut apa aja ? membatik ya...., senang ga ??” kata Kayla lagi

Raissa anakku itu hanya senyum-senyum simpul  sambil bolak balik menatapku  dan juga Kayla, seperti biasa saat ada orang baru yang mencoba berkomunikasi dengannya.

Ku mencoba untuk mengarahkannya menjawab pertanyaan Kayla tadi, karena Raissa terkadang masih sulit memahami apa maksud dari pertanyaan yang diajukan kepadanya.

Tiba-tiba Kayla berkata, “ Masih kurang Pe-de ya tante, sama aku juga dulu begitu. Aku ini Slow learner juga loh tan..hehehe..”

“ooyaaa.... tapi kamu hebat yaa...dan luar biasa hahaha.... !!  “jawabku


Speechless........ karena begitu kagum terhadap kepercayaan diri Kayla dan juga kemantapan dirinya untuk mengakui kelemahannya. Entah bagaimana orang tuanya, khususnya adalah Sang mama Kayla dalam memberi Pengertian, Pemahaman dan Pembelajaran sehingga  Kayla  bisa sehebat ini.

Dalam kesempatan ini juga Kayla menceritakan kepadaku penyebab dia memiliki kondisi fisik seperti sekarang ini, dan juga beberapa pengalamannya selama bersekolah di beberapa tempat. Terharu campur kagum mendengarkan Kayla bercerita. Bukan karena ceritanya tapi justru karena Sikapnya yang membuat orang yang mendengarkannya menjadi suatu hal yang biasa dan lumrah.

Tak ada terlihat atau terasa sedikit pun rasa malu, takut ataupun menyesali  kondisinya. Yang aku rasakan saat berbincang dengannya justru rasa percaya diri yang kuat, keramahan, sikap membuka diri dan menyenangkan. Berbicara dengan Kayla membuatku lupa bahwa saat ini sedang berkumpul bersama remaja-remaja spesial yang luar biasa. Empati Kayla terhadap teman-temannya pun patut diacungi jempol.


Hanya Kayla satu-satunya remaja spesial disana yang bisa ngobrol seperti layaknya berkomunikasi pada remaja umumnya. Kemampuan komunikasi dan sosialisasinya  sangat baik,  dan sempurna. Sementara remaja lainnya meski sudah mampu bersosialisasi dengan baik, dengan teman-teman, guru maupun orang tua lainnya, tetapi  masih terlihat ke-kakuan, ke-kikukan, dan sikap yg berlebihan  jika dia senang terhadap sesuatu.

Sebenarnya ada seorang anak laki-laki lagi yang sempat berbincang-bincang dengan komunikasi yang baik, tapi sayang anak tesebut tidak hadir di hari-hari selanjutnya. Padahal aku penasaran juga dengannya, sikapnya yang sepertinya acuh dan cuek tapi sangat memperhatikan setiap gerak gerik teman-temannya. Namanya Abi, tidak terlihat perbedaan antara Abi dan anak-anak laki-laki pada umumnya. Namun sangat misterius. Sepertinya Abi masuk kategori Asperger. Mungkin lain waktu aq bisa berbincang-bincang lebih banyak dengan Abi.

Allah tidak pernah salah dalam menciptakan makhlukNya, dibalik kekurangan tersembunyi kelebihan. Tinggal kita sebagai manusia berusaha mencari kelebihan tersebut. Seperti juga anak-anak ini, mungkin terlihat banyak kekurangan dalam diri mereka, tapi jika kita mau melihat lebih dalam akan terlihat betapa banyak kelebihan yang dimiliki anak-anak spesial ini.
Tinggal pilih , mau kah kita melihatnya... atau tidak....????? ;))



Anak spesial...anak istimewa....anak berkebutuhan khusus....apapuun namanya tetap merupakan seorang anak, rezeki yang dikirim Tuhan kepada pasangan yang telah menikah. Banyak pasangan ingin segera  menjadi orang tua tapi belum juga diberi keturunan, maka saat kita diberi kepercayaan utk bisa merawat seorng anak, walau dengan kondisi apapun kita harus bersyukur dan menerima dengan ikhlas dan penuh tanggung jawab.

Menjadi orang tua dari anak spesial memang bukan suatu pilihan, tapi takdir yang harus dihadapi.
Namun bukan suatu kebetulan juga Tuhan memberikan anak spesial kepada kita, saat anak ini dikirim dalam rahim kita, Tuhan sudah tahu pasti bahwa Dia menitipkan makhluknya pada orang tua yang tepat, yang akan merawat dan mendidiknya sepenuh hati dan bisa menjadikannya manusia yang berarti dan bermanfaat.

Yang patut kita pahami sebagai orang tua bahwa, keberadaan anak ini merupakan anugrah yang luar biasa, yang tidak semua orang tua mendapatkannya. Hanya orang-orang yang terpilihlah yang bisa menerima anugrah seindah ini.

Secara kasat mata mungkin terlihat betapa susahnya merawat dan mendidik anak-anak ini, betapa orang tua harus banyak berkorban....tapi...sesungguhnya justru sebaliknya. Anak-anak istimewa ini merupakan guru dan mentor kehidupan terbaik bagi orang-orang yang dekat dengannya. Sayangnya belum banyak yang menyadarinya.

Pada umumnya setiap orang tua  harus berjuang terlebih dahulu hingga bisa mengantarkan anaknya menjadi manusia yang bermanfaat dan sukses. Hal tersebut bisa kita baca pada biografi orang-orang sukses, betapa orang tua mereka memberi motivasi juga support yang tak ternilai hingga mereka bisa menjadi sukses. Begitupun kita, sebagai orang tua anak spesial, tidak boleh menyerah begitu saja, jika orang tua lain harus maju 2 langkah ke depan untuk bisa mendidik anak mereka, maka kita hrus maju 4 langkah. Jika orang tua lain melakukan loncatan, maka kita harus bisa melakukan loncatan sekaligus salto. Artinya, dalam  mendidik dan merawat anak spesialnya orang tua harus berusaha 2x lebih aktif dibanding orang tua dengan anak biasa. Dan tidak semua orang mau melakukan hal itu, dan bersyukkurlah karena ternyata kita terpilih menjadi orang-orang hebat tersebut.

So, jangan pernah sedih terlalu lama, bingung berkepanjangan....yuk bangkit menjadi orang tua terpilih yang lebih baik dari sebelumnya, menjadi lebih pintar dan lebih aktif. Karena kesuksesan anak-anak kita bukan karena banyaknya terapi yang diikuti, ketatnya diet yang dilakukan, ataupun banyaknya obat dan suplemen yang diberikan. Namun kesuksesan bisa mereka peroleh dengan banyaknya interaksi yang kita wujudkan , seringnya sentuhan yang kita lakukan, perhatian penuh yang kita tuangkan dan cinta kasih tulus yang kita berikan.

Tetap semangat teman-teman.... kalo bukan kita yang melakukan, siapa lagi.....????  :))


Awalnya aq agak maju mundur untuk ke acara ini, acara "Pameran Seni Rupa Anak dan Remaja dengan Autisme". Padahal undangannya sudah dikirim dari 2 minggu yang lalu.  Sebenernya bukan karena acaranya kurang menarik, tapi karena lokasi tempat acaranya terkenal  dengan ' kawasan yang GA pernah absen dari macet, apalagi di hari sabtu .
Karena udah telat banget akhirnya aq memutuskan turun dari mobil suami dan melanjutkan ke lokasi dengan naik ojek. Bener aja, sampe disana aq udah di tunggu di depan gallery.
Di meja tamu aq disambut oleh siswa-siswa istimewa yang hari itu ditugaskan untuk memastikan para tamu mengisi daftar hadir. Acaranya terletak di lantai 2 Gallery & Cafe Aprilia daerah Karang Tengah lebak Bulus.



Gallery yang ga terlalu besar itu dipenuhi dengan hasil karya anak spesial. Lukisan, hiasan dan pajangan dari keramik mendominasi ruangan tersebut. Smuanya sangat bagus, indah dan memiliki nilai seni. Kalau melihat sosok-sosok yang ada disana sepertinya sulit dipercaya mereka bisa membuat karya sebagus ini. Semua karya sangat natural, original dan pastinya memerlukan konsentrasi yang baik dalam membuatnya, apalagi  untuk ukuran anak dengan autism, yang umumnya sangat minim konsentrasi. Entah mereka sadar  atau tidak, bahwa hari itu mereka sedang memamerkan hasil karya mereka. Dengan tingkah laku yang 'aga kaku' mereka saling berinteraksi satu sama lain, disamping juga dengan para orang tua dan guru
Bagi orang awam mungkin akan terasa aneh berada di situasi seperti itu, tapi bagiku, hal ini suatu yang biasa dan justru membanggakan sekaligus mengharukan. Bangga melihat prestasi dan kemajuan anak-anak ini dan juga terharu karena ikut merasakan kebahagiaan orang tua yang pastinya melalui perjalanan dan perjuangan yang panjang sehingga bisa menjadikan anak-anak yang istimewa ini sampai di titik ini.


Selain itu  ada juga penampilan band yang semuanya anak-anak autis.  Mereka, anak-anak yang menyandang Autism dikenal sangat susah bersosialisasi dan berkomunikasi sehingga sepertinya tidak mungin bisa melakukan hal yang membutuhkan kerjasama. Tapi tidak dengan  Band ini. Anak-anak ini bermain musik dengan nada yang tepat dan  harmonisasi yang bagus. Hebat sekali orang-orang dibelakangnya yang sudah membuat mereka sekeren ini, khususnya pasti para orang tuanya.
Salut buat para mama, papa dan juga guru-guru atas usaha dan kerja kerasnya.
Semoga selnjutnya makin banyak lagi kegiatan-kegiatan yang bisa menampilkan bakat dan keahlian dari anak-anak  dan remaja dengan autisme.
Subscribe to RSS Feed Follow me on Twitter!