Anakku  si bungsu sering sekali membolos dari sekolah. Bukan karena sakit atau ada kami ada acara keluarga yang mengharuskannya membolos, tapi karena memang dia tidak mau masuk sekolah. Entah apa yang ada di pikirannya, terkadang aq dibuat pusing dan bingung memikirkannya. Padahal dia bukan tipe anak yang suka menyendiri, malah dia suka menangis jika tidak ada yang menemaninya bermain . Di sekolah pun temannya tidak sedikit, dia juga lumayan pede jika kutinggal pulang. Dalam belajar pun dia termasuk anak yang memiliki daya tangkap bagus. Dia sangat cepat menyerap apa pun yang diajarkan, baik oleh kami orang tuanya maupun kaka-kakanya. Jadi sepertinya tidak ada alasan yang kuat untuk anaku bolos dari sekolahnya. Jika ditanya apa alasannya tidak masuk sekolah, jawabannya sangat sederhana, ringan dan santai tanpa beban....” aku males !!” ...  Kadang malah pagi hari saat waktunya bersiap-siap untuk sekolah, sebelum aq sempat menyuruhnya mandi, dia sudah laporan duluan, ...” bun, aq ga mau sekolah ya hari ini...!! “.
                                                                                                                 

Anaku awalnya sangat semangat sekolah, apalagi ini sekolah barunya sejak kami memutuskan pindah rumah ke daerah yang baru. Memang siy di sekolah lamanya dulu dia bukan anak yang rajin, tapi dulu tidak pernah sampai membolos atau tidak mau berangkat ke sekolah. Malah kadang jika aq putuskan untuk tidak mengantarnya ke sekolah karena kesiangan, dia akan merengek  untuk tetap diantarkan ke sekolah walaupun dia sudah sangat terlambat.

Hari ini adalah hari dimana ada pembagian raport tengah semester. Dari rumah aq berharap bisa bicara banyak dengan guru kelasnya dan menanyakan perkembangan kemampuan anakku selama di sekolah. 
Tapi saat tiba giliranku mengambil laporan, betapa terkejutnya aq (OMG ..."dalam hati"), karena laporan yang ada ditanganku itu layaknya raport anak sekolah dasar, yaitu berupa angka-angka. Setahuku laporan atau raport untuk  tingkat taman kanak-kanak biasanya hanya berupa laporan yang menceritakan perkembangan si anak. Tak ada angka-angka disana. Klaupun ada paling hanya berupa penilain Baik, cukup atau Kurang . Aq semakin miris ketika ibu disebelahku bertanya pada salah seorang guru...” anak saya rangking barapa bu ? “..... Hoooo..... betapa menyedihkannya dunia pendidikan dan masyarakat kita, apakah anak usia taman kanak-kanak sudah sangat perlu dibuatkan rangking ? bahkan di beberapa sekolah,  guru  anak SD saja masih banyak pertimbangan saat mencantumkan  rangking pada raport siswanya. Kalau pun mencantumkan paling hanya 10 besar saja.

Aq semakin kecewa dan sedih saat melihat lembaran yang ternyata adalah soal-soal ulangan anak-anak saat tes tengah semester kemarin. Aq rasa anak TK tidak pantas mendapatkan soal sesulit ini. Soal-soal layaknya soal untuk siswa SD, berupa pilihan ganda. Aq tidak mengerti apa sebenarnya yang ada di benak ibu-ibu guru ini. Tapi mungkin anak-anak ditanyakan secara lisan, kemudian bu guru mengisinya d lembar soal. Tapi apa memang seperti itu cara penilaian terhadap anak TK ? belum lagi PR yang setiap hari dibawa pulang oleh anak-anak. Metode dan materi yang diberikan ke anak-anak pun sepenglihatan saya lebih mengedepankan pada calistung.


Yaah dengan kondisi tersebut aq tidak ingin menyalahkan pihak sekolah, karena pasti ada alasannya mengapa mereka memberlakukan hal demikian. Namun aq jadi tahu apa yang menjadi alasan anaku mogok sekolah. Ternyata sekolah ini kurang nyaman untuknya yang terbiasa belajar sambil bermain di sekolah yang dulu. Sekolah ini kurang menarik, karena mungkin baginya terlalu monoton dan kaku. Aq merasa sangat bersalah kepada anaku, karena telah salah memilihkan tempat belajar untuknya. Tempat yang seharusnya bisa mengembangkan, memaksimalkan pendidikan karakter dan budi pekertinya; Yang seharusnya bisa mengoptimalkan konsep-konsep kemandirian, keagamaan dan kemampuan dirinya seperti kakak-kakaknya dulu,  tempat yang seharusnya lebih bisa memberikan hak bermain sambil belajar untuknya,  tapi ternyata tidak demikian.

..”Maafkan bunda nak, bunda terlalu terburu-buru dalam menentukan pilihan. Semoga ini tidak membuatmu jera untuk tetap terus belajar apapun metode dan cara yang kamu pilih. Bunda akan selalu mendukungmu.”


Aq berharap semoga dunia pendidikan kita bisa lebih memperhatikan hak-hak anak sesuai usianya, bisa lebih peduli terhadap kepentingan anak, dan bisa memberikan apa yang dibutuhkan anak-anak, bukan apa yang diinginkan para orang tua maupun gurunya. Untuk  para pejabat, pemegang kekuasaan semoga  bisa lebih memperhatikan dan mengawasi semua unsur pendidikan dalam mengaplikasikan materi ajarnya sesuai dengan materi dan kurikulum tingkatnya. 
Categories: , , , , ,
Subscribe to RSS Feed Follow me on Twitter!